Kamis, 22 Mei 2014



            Eksitensi tuhan merupakan suatu hal yang tak bisa dipunkiri oleh logika  sehat manusia apalagi dikhianati jiwa suci manusia sejatinya. Karena bagaimanapun seorang yang mencap dirinya sebagai seorang komunis, ketika tersesat ditengah samudera sendirian misalnya tampa kompas maupun alat penunjuk arah lainya, maka dalam keadan panik secara spontan jiwanya akan bilang “oh my god”(ya tuhanku).
            Mengenai keberadaan ALLAH swt. sebagai pengatur segalanya, para ulama Tauhid menyarankan alam sebagai dalil yang bermuara pada kesimpulan bahwa ala mini adalah baru. Dan barunya alam menunjukan adanya yang menajadikannya, yaitu Allah swt.
            Berkenan dengan masalah ini seorang ulama tauhid Syeikh Ahmad an-nahrawi(pengarang kitab darul farid yang kemudian disyarah oleh syeikh nawawi al-bantani dengan judul fathul majid) dalam kitabnya tersebut mengemukakan sebuah rumusan yang mudah dicerna logika insani beriman tentang barunya alam .
            Menurutnya berangkat dari hal-hal yang kita saksikan setiap hari bahwa sesuatu yang ada di dunia ini baik itu berupa wujud(yang bisa diraba) maupun sifat melalu melazimi perubahan.Maka, menurutnya dari kondisi yang selalu berobah tersebut menjuru pada kesimpulan bahwa alam itu baru. Dan keberadaan alam sebagai sesuatu yang baru tersebut memberikan pemahaman bahwa keberadaan alam didahului oleh kondisi tiada semata. Sehingga dengan demikian pasti ada zat yang membuatnya menjadi ada, dan zat itulah Allah swt.
            Ilmu pengetahuan modernpun melalui sebuah penelitian ilmiah tentang atom membuktikan bahwa ada zat yang maha tahu atas segalanya. Pembuktian terhadap hal itu bahwa sebelum pengutusan nabiyuna Muhammad saw, seorang filsuf yunani Democritus 400 tahun SM menemukan bagian terkecil dari suatu materi yang disebut dengan atom adalah pertikel terkecil yang tidak dapat dibagi.
            Namun dewasa ini ilmu pengetahuan modern (SAINS) menemukan bahwa atom yang dianggap sebagai bagian terkecil dari materi ternyata masih bisa di bagi. Dan mengenai hal ini ternyata al-qur`an yang mulia telah lebih dahulu menjelaskan melalui firman ALLAH swt. Dalam surat yunus ayat 61
”kamu tidak berada dalam suatu keadan dan tidak membaca suatu dari ayat al-qur`an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjan melainkan kami menjadikan saksi atasmu diwaktu kamu menyaksikanya tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar biji zarrah(atom) di bumi maupun di langit tidak ada yang lebih kecil dan yang lebih besar dari itu melainkan(semua tercatat) dalam kitab yang nyata(lauhul mahfuz) ”
            Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt.maha mengetahui apa yang ada di bumi dan di langit walau itu hanya sebesar zarrah(atau atom dalam pengetahuan modern) bahkan Allah swt.mengetahui yang lebih kecil dari pada itu.
            Keterangan dalam ayat ini memaparkan bahwa masih ada yang lebih kecil dari pada atom, yang mana dewasa ini SAINS modern membuktikan bahwa atom yang dianggap sebagi pertikel terkecil masih terdiri dari beberapa bagian. Dan sebelum keterangan itu ditemukan al-qur`an yang mulia telah terlebih dahulu menjelaskannya lebih kurang 14 abad yang lalu.
            Kenyatan telah menunjukan bahwa betapapun majunya SAINS dan teknologi, bahkan manusia mampu menciptkan bayi tabung tampa melalui alam rahim. Namun sains tak mampu menolak terjadinya kematian. Demikian juga halnya para ilmuan mampu memprediksi terjadinya gempa bumi, namun ilmuan tak mampu menolak terjadinya gempa bumi. Bukti kuasa besar allah swt.zat yang maha tahu dan berkuasa dengan segala keindahan dan kehendak yang tiada tara. 


0 komentar :

Posting Komentar