Eksitensi tuhan
merupakan suatu hal yang tak bisa dipunkiri oleh logika sehat manusia apalagi dikhianati jiwa suci
manusia sejatinya. Karena bagaimanapun seorang yang mencap dirinya sebagai
seorang komunis, ketika tersesat ditengah samudera sendirian misalnya tampa
kompas maupun alat penunjuk arah lainya, maka dalam keadan panik secara spontan
jiwanya akan bilang “oh my god”(ya tuhanku).
Mengenai keberadaan
ALLAH swt. sebagai pengatur segalanya, para ulama Tauhid menyarankan alam
sebagai dalil yang bermuara pada kesimpulan bahwa ala mini adalah baru. Dan
barunya alam menunjukan adanya yang menajadikannya, yaitu Allah swt.
Berkenan dengan masalah
ini seorang ulama tauhid Syeikh Ahmad an-nahrawi(pengarang kitab darul farid
yang kemudian disyarah oleh syeikh nawawi al-bantani dengan judul fathul majid)
dalam kitabnya tersebut mengemukakan sebuah rumusan yang mudah dicerna logika
insani beriman tentang barunya alam .
Menurutnya berangkat
dari hal-hal yang kita saksikan setiap hari bahwa sesuatu yang ada di dunia ini
baik itu berupa wujud(yang bisa diraba) maupun sifat melalu melazimi perubahan.Maka,
menurutnya dari kondisi yang selalu berobah tersebut menjuru pada kesimpulan
bahwa alam itu baru. Dan keberadaan alam sebagai sesuatu yang baru tersebut
memberikan pemahaman bahwa keberadaan alam didahului oleh kondisi tiada semata.
Sehingga dengan demikian pasti ada zat yang membuatnya menjadi ada, dan zat
itulah Allah swt.
Ilmu pengetahuan
modernpun melalui sebuah penelitian ilmiah tentang atom membuktikan bahwa ada
zat yang maha tahu atas segalanya. Pembuktian terhadap hal itu bahwa sebelum
pengutusan nabiyuna Muhammad saw, seorang filsuf yunani Democritus 400 tahun SM
menemukan bagian terkecil dari suatu materi yang disebut dengan atom adalah
pertikel terkecil yang tidak dapat dibagi.
Namun dewasa ini ilmu
pengetahuan modern (SAINS) menemukan bahwa atom yang dianggap sebagai bagian
terkecil dari materi ternyata masih bisa di bagi. Dan mengenai hal ini ternyata
al-qur`an yang mulia telah lebih dahulu menjelaskan melalui firman ALLAH swt.
Dalam surat yunus ayat 61
”kamu tidak berada dalam suatu
keadan dan tidak membaca suatu dari ayat al-qur`an dan kamu tidak mengerjakan
suatu pekerjan melainkan kami menjadikan saksi atasmu diwaktu kamu
menyaksikanya tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar biji
zarrah(atom) di bumi maupun di langit tidak ada yang lebih kecil dan yang lebih
besar dari itu melainkan(semua tercatat) dalam kitab yang nyata(lauhul mahfuz)
”
Ayat ini menjelaskan
bahwa Allah swt.maha mengetahui apa yang ada di bumi dan di langit walau itu
hanya sebesar zarrah(atau atom dalam pengetahuan modern) bahkan Allah
swt.mengetahui yang lebih kecil dari pada itu.
Keterangan dalam ayat
ini memaparkan bahwa masih ada yang lebih kecil dari pada atom, yang mana
dewasa ini SAINS modern membuktikan bahwa atom yang dianggap sebagi pertikel
terkecil masih terdiri dari beberapa bagian. Dan sebelum keterangan itu
ditemukan al-qur`an yang mulia telah terlebih dahulu menjelaskannya lebih
kurang 14 abad yang lalu.
Kenyatan telah
menunjukan bahwa betapapun majunya SAINS dan teknologi, bahkan manusia mampu
menciptkan bayi tabung tampa melalui alam rahim. Namun sains tak mampu menolak
terjadinya kematian. Demikian juga halnya para ilmuan mampu memprediksi terjadinya
gempa bumi, namun ilmuan tak mampu menolak terjadinya gempa bumi. Bukti kuasa
besar allah swt.zat yang maha tahu dan berkuasa dengan segala keindahan dan
kehendak yang tiada tara.