Sabtu, 08 Maret 2014




I. KONDISI INDONESIA
            Indonesia merupakan negara yang amat menguntungkan dalam posisi sebagai negara yang terletak dengan diapit oleh 2 benua Asia dan Australia. Selain itu Indonesia juga merupakan negara dengan daerah laut yang luas sehingga sebutan sebagai negara Maritim diperoleh Indonesia sejak dahulu. Kehijauan yang begitu menawan dengan memiliki warisan hutan yang beragam membuat Indonesia juga dijuluki Sorga Dunia, yang untuk kemudian kondosi ini yang menuntun bahwa mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.
            Namun, ketika pemanfa`atan sumber daya yang begitu banyak tidak dikelolah dengan dengan baik membuat Indonesia negara Agraria ini terpaksa mengalami kondisi yang amat meprihatinkan dimata bangsa sendiri dekade terakhir ini. Betapa tidak negara yang hijau ranum dengan penduduk yang mayoritas berprofesi sebagai petani harus menerima kenyatan mengimpor beras dari negara tetangga. Sumber daya alam yang begitu banyak seolah tak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia. Entah problematika apa yang menimpa bangsa ini, rakyat masih kelaparan dimana-mana. Seolah tak pantas lagi negara ini disebut sebagai negara Agraris. Sementara disisi lain petani masih saja tetap bekerja membalik bumi setiap harinya, namun hasilnya entah kemana ketika berbanding dengan kenyatan miris ini.
            Belum lagi ketika negara Maritim dengan luas laut 2/3 daratan ini harus mengimpor garam dari negara lain. Padahal disetiap potong daratan bangsa ini selalu dikelilingi oleh lautan yang membiru. Kenyatan yang menggambarkan  seakan laut Indonesia tidak asin lagi.
            Ekonomi bangsa semakin merosot, rakyat miskin semakin miskin disisi lain para elit politik semakin memperkaya diri, suatu kondisi yang membuat meningkatnya kesenjangan sosial-ekonomi bangsa. Teori BHINEKA TUNGGAL IKA yang dahulu kala ketika bangsa ini punya satu tekad disuarakan ke seluruh penjuru negeri, sa`at ini nampaknya tak lagi mengakar di benak bangsa Indonesia. Terbukti dengan perseteruan yang tak kunjung usai, damai sekelompok timbul lagi pihak lainya yang menyuarakan perang dan keseluruhannya itu amat jarang sekali terlepas dari embel-embel kelompok dan golongan yang lebih mengedepankan perbedan kebanding persaman.
            Bangsa Indonesia tergagap-gagap menghadapi kemajuan IPTEK dan era Globalisasi dekade ini. Bangsa yang dulunya disebut sebagai Macan Asia, sekarang malah tunduk dibawah naungan bangsa lain yang dulu pernah diajarkannya cara membangun sebuah ide. Jengkal – perjengkal tanah bangsa ini mulai dialihkuasakan tampa perlawanan pasti.
            Sekian masa berlalu bangsa ini kembali menyuarakan kebangkitan, lagi-lagi kebangkitan tersebut tak pernah dilepaskan dari pada sektor pembangunan ekonomi industri yang secara hitung-hitungannya tak pernah terlepas dari uang rakyat. Sementara rakyat selalu dihantui iming-iming kemajuan.
            Ketika kita menilik kembali sejarah perjuangan bangsa ini yang menghantrakan kepada pintu gerbang kemerdekan sebagai sebuah bangsa yang terlepas dari kekangan bangsa lain. Ketika Bung Karno Menyuarakan “Beri Aku 10 Anak Muda Maka Akan ku Goncang Dunia” sebuah legitimasi keseriusan pendahulu kita untuk membangun serta mewujudkan sebuah bangsa yang jaya, karena amat bencinya terhadap ketertekanan. Dan hal itu terbukti dengan berhasilnya Jenderal Soeharto mempertahankan Yogyakarta selama 6 jam dalam serangan 1 Maret denga persenjatan seadanya melawan persenjatan yang begitu lengkap. Juga keberhasilan Sjafroedin Prawiranegara mempertahankan kemerdekan Indonesia dengan membentuk suatu pemerintahan yang dikenal sebagai PDRI. Yang mana kesemuanya itu berlatarbelakang segala keterbatasan.
            Dan amat meprihatinkan ketika sa`at ini tempat dimana para pemuda menggantungkan harapanya hanya mampu melahirkan para pehapal teori yang tak mampu melahirkan teori baru dan amat kecil harapan mewujudkan perubahan bangsa menuju arah yang lebih menjanjikan dengan kondisi yang mapan di segala sektor, apalagi harapan akan mengguncang dunia. Suatu akibat sistem pendidikan yang selalu bertukar tak pernah bersifat final dan menjadikan siswa sebagai kelinci percobaan. Sehingga keluaran institusi pendidikan menggantungkan kehidupanya pada untung dan rugi dengan jiwa yang ciut terhadap hal-hal yang bersifat tantangan. Maka pembangunan ekonomi bangsa pada sektor berikutnya juga hanya mencontoh pada bangsa lain karena kepribadian bangsa dan keberanianya telah diracuni kebiasan menghafalkan beberapa teori panjang tampa melahirkan teori baru.
            Kondisi bangsa yang memprihatinkan seluruh pihak dan akan berakibat pada rusaknya generasi bangsa.


II. KONDISI SUMATERA BARAT
            Sumatera Barat sebagai pusat PDRI pada masa dahulu, sebuah pergerakan para tokoh jenius yang menentukan bagi masa depan bangsa ini. Kondisi yang mengusahakan agar tetap kekalnya kemerdekan bangsa ini. Seharusnya latar sejarah ini menjadi jembatan bagi Rakyat Sumatera Barat untuk lebih mendekat ke pemerintahan Pusat sekaligus sejarah yang seharusnya membuat pemerintah pusat lebih memusatkan perhatianya ke daerah Sumatera Barat.
            Sejarah yang mengukir perilaku agung para tokoh tersebut terus tertulis di lembaran-lembaran buku baik siswa maupun lembaran sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Kemulian sikap para tokoh PDRI tersebut terus diwariskan turun-temurun di setiap benak generasi Sumatera Barat. Hanya sebuah warisan sejarah, sementara dampaknya terhadap kemakmuran rakyat Sumatera Barat tak membekas.
            Kondisi seandainya dinilai secara sepihak tentu seolah merendahkan penghargaan terhadap sebuah jasa  tapi ketika dilihat dari sudut pandang yang seimbang maka ini merupakan kenyatan yang selevel dengan keadaan rakyat Sumatera Barat.
            Rakyat yang tidak lagi bertahan dengan budayanya, rakyat yang lebih terobsesi terhadap westrenisasi serta menipisnya warisan tokoh Sumatera Barat yang menggapai level Nasional. Sehingga membuat perhatian bangsa Indonesia tidak lagi menjadikan Sumatera Barat sebagai sebuah daerah yang disorot. Tokoh-tokoh berpengaruh bangsa yang berasal dari Sumatera Barat yang dahulu sempat menentukan ideologi bangsa bahkan mengatur gerak bangsa, beberapa dekade terakhir mulai merosot.
            Selain itu sektor  ekonomi yang merosot juga membuat kurangnya sorotan terhadap Sumatera Barat. Sumatera Barat yang dahulu pernah dimanfa`atkan Belanda sebagai sektor pertanian terkemuka kini satu persatu persawahan digusur indistrualisasi. Sebab rakyat Sumatera Barat Lebih terobsesi dengan sebuah sektor industri sehingga sektor pertanian dinilai kurang menguntungkan.
            Hal ini akibat para pemuda pintar putra Sumatera Barat lebih memilih berkarir di Kota-Kota besar sehingga desa terlupakan. Seolah menganggap hanya industrilah yang akan memajukan perekonomian. Padahal industri tidak akan berjalan tampa pangan yang cukup dan pangan utam terebut adalah beras beras dihasilkan dari padi para petani di sawah namun ketika sawah menipis berarti padipun menipis  sehingga timbullah kelangkaan bahan pangan.

III. PELUANG DAN TANTANGAN SUMATERA BARAT
            Kondisi Sumatera Barat yang mulai merosot sehingga tak lagi menjadi sorotan bangsa Indonesia tersebut bisa diputarbalikkan ketika rakyat Sumatera Barat mampu memanfa`atkan kemerosotan tersebut menjadi peluang. Hal tersebut terkait dengan posisi Sumatera Barat yang menguntungkan dari segi letak sehingga bukan tidak mungkin Sumatera Barat menjadi Gerbong Nasional ke dunia International.
            Tantantan Sumatera Barat kedepanya adalah memanfa`atkan bidang unggulan yang telah ada tampa harus mengejar bidang industri. Dan melahirkan para tokoh yang kompeten merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Sumatera Barat. Sehingga Sumatera Barat kembali menjadi sorotan dunia Nasional maupun International.


IV. STRATEGI MEMBANGUN SUMATERA BARAT
            Pembangunan terhadap Sumatera Barat harus beranjak dari pembangunan terhadap karakter rakyat Sumatera Barat. Rakyat yang punya mentalitas pembangunan akan berujung pada membaiknya kesejahteraan masyarakat Sumatera Barat. Maka harapan rakyat Sumatera Barat sesungguhnya bergantung pada buah kecemerlangan fikiran para tokohnya. Dan warisan para tokoh dapat diperoleh melalui peserta didik.
            Langkah awal yang akan melanjukan perjuangan para tokoh masa lalu salah satunya bagaimana merombak sistem pendidikan menjadi pendidikan yang akan melejitkan potensi Sumatera Barat melahirkan putra-putra Sumatera Barat yang punya kemandiria. Salah atu ide yang telah terlebih dahulu di terapkan pendahulu kita mungkin bisa kembali diterapkan terhadap peserta didik Sumatera Barat. Dengan sistem “SURAU” yang dahulu menentukan kepribadian putra Sumatera Barat, maka penerapanya sekarang akan mampu membentuk karakter mandiri peserta didik Sumatera Barat.
            Sistem “SURAU” terbukti mampu melahirkan generasi mandiri seperti, H. Agus Salim yang bisa berbagai macam bahasa Asing hanya dengan tamatan sederajat SMA, Prof. Hamka yang meraih gelar Profesor hanya dengan modal tidak tamat sederajat SD. Maka dorongan apa yang membuat para tokoh itu dikenal bangsa selain mentalitas perjuangan dan pembangunan serta kepribadian yang mandiri. Dan hal itu dahulu kala diperoleh para pemuda Minang Kabau di “SURAU” sekalipun tampa mengenyam jenjang pendidikan tapi mereka disana diajarkan persatuan sebagaimana semangat BHINEKA TUNGGAL IKA. Di “SURAU” generasi muda minang duhulu diajarkan kemadirian dengan tidak tidur dibawah pangkuan orang tua, serta diajarkan perjuangan hidup namun tak pernah terlepas dari hal-hal sakral dan nilai-nilai religius. Latar belakang seperti inilah yang mendorong mereka untuk kemudian melepaskan ketergantungan hidup kepada orang lain dan melahirkan mentalitas pembangunan dalam setiap pribadi.
            Selain itu dengan kondisi wilayah Sumatera Barat yang sedari dahulu dikenal memiliki kawasan pertanian yang luas terutama persawahan seharusnya para tokoh Sumatera Barat tampil meyakinkan pemerintah dan menyuarakan kepada rakyat bahwa Sumatera Barat adalah kader pertahanan pangan bangsa. Sebab betapapun majunya sebuah perekonomian dan industri sebuah bangsa tidak pernah bisa melepaskan diri dari kebutuhan pangan.
            Sumatera Barat tidak harus menyulap daerah pertaniannya menjadi tanah Industri namun peningkatan kualitas pertanian masyarakat sehingga dengan lahan yang sempit dapat menghasilkan hasil yang melimpah merupakan usaha yang lebih baik. Sehingga Sumatera Barat kembali dibutuhkan dan pembangunan kembali diprioritaskan pemerintah.
            Situasi lain yang mendukung adalah bahwa wilayah Sumatera Barat terletak di tepi lautan ini akan menjadi situasi menguntungkan seandanya disulap oleh para tokoh Sumatera Barat menjadi pendongkrak perekonomian masyarakat, dengan mengolah hasil laut serta memanfa`atkan pelabuhan Teluk Bayur sebagai ladang penghasilan.

V. KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan :
1)      perekonomian tidak hanya tergantung pada sektor industri
2)      tokoh-tokoh yang kompeten di bidangnya serta sistem pendidikan yang menjanjikan adalah salah satu alat menuju kemajuan ekonomi Sumatera Barat menuju era pembangunan
Saran :
1)      Sumatera Barat tidak harus jadi daerah intusri tapi bagaimana membuat daerah industri mempunyai ketergantungan yang mendasar kepada Sumatera Barat

2)      menciptakan kepercayan nasional maupun internasional bahwa mereka butuh tokoh yang berasal dari Sumatera Barat.

0 komentar :

Posting Komentar