Indonesia
merupakan negara yang amat menguntungkan dalam posisi sebagai negara yang
terletak dengan diapit oleh 2 benua Asia dan Australia. Selain itu Indonesia
juga merupakan negara dengan daerah laut yang luas sehingga sebutan sebagai
negara Maritim diperoleh Indonesia sejak dahulu. Kehijauan yang begitu menawan
dengan memiliki warisan hutan yang beragam membuat Indonesia juga dijuluki
Sorga Dunia, yang untuk kemudian kondosi ini yang menuntun bahwa mayoritas
penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.
Namun,
ketika pemanfa`atan sumber daya yang begitu banyak tidak dikelolah dengan
dengan baik membuat Indonesia negara Agraria ini terpaksa mengalami kondisi
yang amat meprihatinkan dimata bangsa sendiri dekade terakhir ini. Betapa tidak
negara yang hijau ranum dengan penduduk yang mayoritas berprofesi sebagai
petani harus menerima kenyatan mengimpor beras dari negara tetangga. Sumber
daya alam yang begitu banyak seolah tak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat
Indonesia. Entah problematika apa yang menimpa bangsa ini, rakyat masih
kelaparan dimana-mana. Seolah tak pantas lagi negara ini disebut sebagai negara
Agraris. Sementara disisi lain petani masih saja tetap bekerja membalik bumi
setiap harinya, namun hasilnya entah kemana ketika berbanding dengan kenyatan
miris ini.
Belum
lagi ketika negara Maritim dengan luas laut 2/3 daratan ini harus mengimpor
garam dari negara lain. Padahal disetiap potong daratan bangsa ini selalu
dikelilingi oleh lautan yang membiru. Kenyatan yang menggambarkan seakan laut Indonesia tidak asin lagi.
Ekonomi
bangsa semakin merosot, rakyat miskin semakin miskin disisi lain para elit
politik semakin memperkaya diri, suatu kondisi yang membuat meningkatnya
kesenjangan sosial-ekonomi bangsa. Teori BHINEKA TUNGGAL IKA yang dahulu kala
ketika bangsa ini punya satu tekad disuarakan ke seluruh penjuru negeri, sa`at
ini nampaknya tak lagi mengakar di benak bangsa Indonesia. Terbukti dengan
perseteruan yang tak kunjung usai, damai sekelompok timbul lagi pihak lainya
yang menyuarakan perang dan keseluruhannya itu amat jarang sekali terlepas dari
embel-embel kelompok dan golongan yang lebih mengedepankan perbedan kebanding
persaman.
Bangsa
Indonesia tergagap-gagap menghadapi kemajuan IPTEK dan era Globalisasi dekade
ini. Bangsa yang dulunya disebut sebagai Macan Asia, sekarang malah tunduk
dibawah naungan bangsa lain yang dulu pernah diajarkannya cara membangun sebuah
ide. Jengkal – perjengkal tanah bangsa ini mulai dialihkuasakan tampa perlawanan
pasti.
Sekian
masa berlalu bangsa ini kembali menyuarakan kebangkitan, lagi-lagi kebangkitan
tersebut tak pernah dilepaskan dari pada sektor pembangunan ekonomi industri
yang secara hitung-hitungannya tak pernah terlepas dari uang rakyat. Sementara
rakyat selalu dihantui iming-iming kemajuan.
Ketika
kita menilik kembali sejarah perjuangan bangsa ini yang menghantrakan kepada
pintu gerbang kemerdekan sebagai sebuah bangsa yang terlepas dari kekangan
bangsa lain. Ketika Bung Karno Menyuarakan “Beri Aku 10 Anak Muda Maka Akan ku
Goncang Dunia” sebuah legitimasi keseriusan pendahulu kita untuk membangun
serta mewujudkan sebuah bangsa yang jaya, karena amat bencinya terhadap
ketertekanan. Dan hal itu terbukti dengan berhasilnya Jenderal Soeharto
mempertahankan Yogyakarta selama 6 jam dalam serangan 1 Maret denga persenjatan
seadanya melawan persenjatan yang begitu lengkap. Juga keberhasilan Sjafroedin Prawiranegara mempertahankan
kemerdekan Indonesia dengan membentuk suatu pemerintahan yang dikenal sebagai PDRI.
Yang mana kesemuanya itu berlatarbelakang segala keterbatasan.
Dan
amat meprihatinkan ketika sa`at ini tempat dimana para pemuda menggantungkan
harapanya hanya mampu melahirkan para pehapal teori yang tak mampu melahirkan
teori baru dan amat kecil harapan mewujudkan perubahan bangsa menuju arah yang
lebih menjanjikan dengan kondisi yang mapan di segala sektor, apalagi harapan
akan mengguncang dunia. Suatu akibat sistem pendidikan yang selalu bertukar tak
pernah bersifat final dan menjadikan siswa sebagai kelinci percobaan. Sehingga
keluaran institusi pendidikan menggantungkan kehidupanya pada untung dan rugi
dengan jiwa yang ciut terhadap hal-hal yang bersifat tantangan. Maka
pembangunan ekonomi bangsa pada sektor berikutnya juga hanya mencontoh pada bangsa
lain karena kepribadian bangsa dan keberanianya telah diracuni kebiasan
menghafalkan beberapa teori panjang tampa melahirkan teori baru.
Kondisi
bangsa yang memprihatinkan seluruh pihak dan akan berakibat pada rusaknya
generasi bangsa.
II. KONDISI
SUMATERA BARAT
Sumatera
Barat sebagai pusat PDRI pada masa dahulu, sebuah pergerakan para tokoh jenius
yang menentukan bagi masa depan bangsa ini. Kondisi yang mengusahakan agar
tetap kekalnya kemerdekan bangsa ini. Seharusnya latar sejarah ini menjadi jembatan
bagi Rakyat Sumatera Barat untuk lebih mendekat ke pemerintahan Pusat sekaligus
sejarah yang seharusnya membuat pemerintah pusat lebih memusatkan perhatianya
ke daerah Sumatera Barat.
Sejarah
yang mengukir perilaku agung para tokoh tersebut terus tertulis di
lembaran-lembaran buku baik siswa maupun lembaran sejarah perjalanan bangsa
Indonesia. Kemulian sikap para tokoh PDRI tersebut terus diwariskan
turun-temurun di setiap benak generasi Sumatera Barat. Hanya sebuah warisan
sejarah, sementara dampaknya terhadap kemakmuran rakyat Sumatera Barat tak
membekas.
Kondisi
seandainya dinilai secara sepihak tentu seolah merendahkan penghargaan terhadap
sebuah jasa tapi ketika dilihat dari
sudut pandang yang seimbang maka ini merupakan kenyatan yang selevel dengan
keadaan rakyat Sumatera Barat.
Rakyat
yang tidak lagi bertahan dengan budayanya, rakyat yang lebih terobsesi terhadap
westrenisasi serta menipisnya warisan tokoh Sumatera Barat yang menggapai level
Nasional. Sehingga membuat perhatian bangsa Indonesia tidak lagi menjadikan
Sumatera Barat sebagai sebuah daerah yang disorot. Tokoh-tokoh berpengaruh
bangsa yang berasal dari Sumatera Barat yang dahulu sempat menentukan ideologi
bangsa bahkan mengatur gerak bangsa, beberapa dekade terakhir mulai merosot.
Selain
itu sektor ekonomi yang merosot juga
membuat kurangnya sorotan terhadap Sumatera Barat. Sumatera Barat yang dahulu
pernah dimanfa`atkan Belanda sebagai sektor pertanian terkemuka kini satu
persatu persawahan digusur indistrualisasi. Sebab rakyat Sumatera Barat Lebih
terobsesi dengan sebuah sektor industri sehingga sektor pertanian dinilai
kurang menguntungkan.
Hal
ini akibat para pemuda pintar putra Sumatera Barat lebih memilih berkarir di
Kota-Kota besar sehingga desa terlupakan. Seolah menganggap hanya industrilah
yang akan memajukan perekonomian. Padahal industri tidak akan berjalan tampa
pangan yang cukup dan pangan utam terebut adalah beras beras dihasilkan dari
padi para petani di sawah namun ketika sawah menipis berarti padipun menipis sehingga timbullah kelangkaan bahan pangan.
III. PELUANG
DAN TANTANGAN SUMATERA BARAT
Kondisi
Sumatera Barat yang mulai merosot sehingga tak lagi menjadi sorotan bangsa
Indonesia tersebut bisa diputarbalikkan ketika rakyat Sumatera Barat mampu memanfa`atkan
kemerosotan tersebut menjadi peluang. Hal tersebut terkait dengan posisi
Sumatera Barat yang menguntungkan dari segi letak sehingga bukan tidak mungkin
Sumatera Barat menjadi Gerbong Nasional ke dunia International.
Tantantan
Sumatera Barat kedepanya adalah memanfa`atkan bidang unggulan yang telah ada
tampa harus mengejar bidang industri. Dan melahirkan para tokoh yang kompeten
merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Sumatera Barat. Sehingga
Sumatera Barat kembali menjadi sorotan dunia Nasional maupun International.
IV. STRATEGI
MEMBANGUN SUMATERA BARAT
Pembangunan
terhadap Sumatera Barat harus beranjak dari pembangunan terhadap karakter
rakyat Sumatera Barat. Rakyat yang punya mentalitas pembangunan akan berujung
pada membaiknya kesejahteraan masyarakat Sumatera Barat. Maka harapan rakyat
Sumatera Barat sesungguhnya bergantung pada buah kecemerlangan fikiran para
tokohnya. Dan warisan para tokoh dapat diperoleh melalui peserta didik.
Langkah
awal yang akan melanjukan perjuangan para tokoh masa lalu salah satunya
bagaimana merombak sistem pendidikan menjadi pendidikan yang akan melejitkan
potensi Sumatera Barat melahirkan putra-putra Sumatera Barat yang punya
kemandiria. Salah atu ide yang telah terlebih dahulu di terapkan pendahulu kita
mungkin bisa kembali diterapkan terhadap peserta didik Sumatera Barat. Dengan
sistem “SURAU” yang dahulu menentukan kepribadian putra Sumatera Barat, maka
penerapanya sekarang akan mampu membentuk karakter mandiri peserta didik
Sumatera Barat.
Sistem
“SURAU” terbukti mampu melahirkan generasi mandiri seperti, H. Agus Salim yang
bisa berbagai macam bahasa Asing hanya dengan tamatan sederajat SMA, Prof.
Hamka yang meraih gelar Profesor hanya dengan modal tidak tamat sederajat SD.
Maka dorongan apa yang membuat para tokoh itu dikenal bangsa selain mentalitas
perjuangan dan pembangunan serta kepribadian yang mandiri. Dan hal itu dahulu
kala diperoleh para pemuda Minang Kabau di “SURAU” sekalipun tampa mengenyam
jenjang pendidikan tapi mereka disana diajarkan persatuan sebagaimana semangat
BHINEKA TUNGGAL IKA. Di “SURAU” generasi muda minang duhulu diajarkan
kemadirian dengan tidak tidur dibawah pangkuan orang tua, serta diajarkan
perjuangan hidup namun tak pernah terlepas dari hal-hal sakral dan nilai-nilai
religius. Latar belakang seperti inilah yang mendorong mereka untuk kemudian
melepaskan ketergantungan hidup kepada orang lain dan melahirkan mentalitas
pembangunan dalam setiap pribadi.
Selain
itu dengan kondisi wilayah Sumatera Barat yang sedari dahulu dikenal memiliki
kawasan pertanian yang luas terutama persawahan seharusnya para tokoh Sumatera
Barat tampil meyakinkan pemerintah dan menyuarakan kepada rakyat bahwa Sumatera
Barat adalah kader pertahanan pangan bangsa. Sebab betapapun majunya sebuah
perekonomian dan industri sebuah bangsa tidak pernah bisa melepaskan diri dari
kebutuhan pangan.
Sumatera
Barat tidak harus menyulap daerah pertaniannya menjadi tanah Industri namun
peningkatan kualitas pertanian masyarakat sehingga dengan lahan yang sempit
dapat menghasilkan hasil yang melimpah merupakan usaha yang lebih baik.
Sehingga Sumatera Barat kembali dibutuhkan dan pembangunan kembali
diprioritaskan pemerintah.
Situasi
lain yang mendukung adalah bahwa wilayah Sumatera Barat terletak di tepi lautan
ini akan menjadi situasi menguntungkan seandanya disulap oleh para tokoh
Sumatera Barat menjadi pendongkrak perekonomian masyarakat, dengan mengolah
hasil laut serta memanfa`atkan pelabuhan Teluk Bayur sebagai ladang penghasilan.
V. KESIMPULAN
& SARAN
Kesimpulan :
1) perekonomian
tidak hanya tergantung pada sektor industri
2) tokoh-tokoh
yang kompeten di bidangnya serta sistem pendidikan yang menjanjikan adalah
salah satu alat menuju kemajuan ekonomi Sumatera Barat menuju era pembangunan
Saran :
1) Sumatera
Barat tidak harus jadi daerah intusri tapi bagaimana membuat daerah industri
mempunyai ketergantungan yang mendasar kepada Sumatera Barat
2) menciptakan
kepercayan nasional maupun internasional bahwa mereka butuh tokoh yang berasal
dari Sumatera Barat.
0 komentar :
Posting Komentar